Jumat, 5-8-2011
Hari ini aku mimpi jadi entah ibu/baby sitter/saudara kandung yg sedang menjaga adiknya. Mungkin usiaku masih sekitar belasan tahun dan sedang menggendong bayi. Entah itu anakku atau bukan, tp yang jelas bayi itu sedang tidur dipelukanku dan kepalanya bersandar di pundak. Waktu itu aku sedang berada di suatu Gazebo di tengah danau. Ada acara meriah di sekitar danau tersebut, sepertinya semacam pesta rakyat atau semacamnya. Tapi bukan pesta rakyat ala Indonesia, tp pesta rakyat ala eropa. Aku yakin sekali waktu itu aku adalah seorang Arian berkulit putih dan berambut pirang. Aku ke Gazebo karena ingin menenangkan bayi yang ada di gendonganku, karena hanya tempat itulah satu-satunya tempat yang tidak begitu ramai dengan terompet dan riuh pesta.
Tiba-tiba, dari kejauhan datang seseorang yang sepertinya penting. Orang-orang tiba-tiba bersorak dan keadaan jadi lebih ramai dari pada biasanya. Terompet terdengar lebih keras dari sebelumnya dan rakyat-rakyat itu sangat antusias menyambut orang tersebut…yang ternyata…adalah Hitler…
Hitler datang ke pesta. Ia jalan melewati orang-orang yang ingin bersalaman dengannya. Lalu ia berjalan ke arah Gazebo tempatku berdiri menggendong bayi. Anehnya, aku tidak takut melihat sosoknya yang mendekat ke arahku. Aku tegang, tapi tak ada rasa takut sedikitpun. Hitler hanya menghampiri sebentar, seperti orang-orang penting yang mencoba mencurahkan waktu untuk menunjukkan bahwa ia peduli dengan rakyatnya. Jadi ia sempat mengobrol denganku, mengatakan bahwa bayi yang ada di gendonganku adalah anak yang baik jadi aku harus menjaganya baik-baik. Ia bahkan menanyakan bagaimana keadaanku dan anak itu dengan sikap kebapak-bapakan. Aku ingat sekali waktu ia melontarkan pertanyaan-pertanyaan itu, aku menatap lurus ke bola matanya. Menatapnya dari mata ke mata,…tapi tak ada rasa takut yang kurasakan. Melainkan aku seolah kagum dengannya dan matanya…matanya lembut, seolah berkata ia memang khawatir dengan keadaan bayi dalam pelukanku.
Ia pergi setelah aku menjawab beberapa pertanyaannya. Namun tak lupa sebelum ia melangkah dari hadapanku, ia berkata: "Jagalah baik-baik anak itu" Aku hanya tersenyum dan mengangguk. Setelah ia pergi, aku langsung berjalan cepat-cepat meninggalkan Gazebo untuk mencari temanku dan menceritakan padanya bahwa tadi Hitler berbicara denganku. Tapi aku tak menemukannya di mana-mana. Selama proses pencarian itu…aku merasa suasana dan dimensi dalam mimpi itu jadi berubah-ubah. Sedetik yang lalu, aku jadi si arian yang sedang menggendong bayi, sedetik kemudian aku menjadi diriku sendiri yang sedang memakai kaos dan jeans persis seperti apa yang selalu aku gunakan kalau ke kampus. Pestanya juga semakin lama semakin berubah, dari yang ala Eropa, lama-lama…semakin aku berlari berkeliling-keliling mencari temanku itu, pestanya jadi seperti acara kampus. Tenda-tenda modern ada di mana-mana, dan dikelilingi anak-anak muda yang beberapa tampangnya kukenali sebagai angkatanku di DKV. Ada tenda makan, ada tenda yang menjual pernak-pernik. Danau yang seharusnya ada berubah menjadi kolam buatan kecil…dan aku tetap berkeliling-keliling mencari temanku. Lama-lama aku menyadari kalau aku tak lagi sedang menggendong bayi, melainkan tas punggung yang berbentuk mirip karung putih. Di dalamnya terdapat baju dan entah peralatan apa lagi di sana. Misiku untuk mencari teman yang tak kukenal ketika aku masih merasa menjadi arian tiba-tiba digantikan menjadi mencari teman-teman se-gang ku di DKV, terutama kedua teman paling dekatku, S dan N. Waktu itu aku merasa kalau aku termenung di suatu tempat sampai Gang ku itu tanpa sadar telah meninggalkanku. Setelah aku pikir-pikir lagi…aku termenung karena apa? Aku jadi ingat lagi tentang Hitler, tapi kali ini aku merasa bergidik. Wuii…kok bisa ya aku dengan tenangnya berbicara dengan Hitler? Menatap matanya lekat-lekat seperti itu? Aneh, sungguh aneh! Padahal kalau dipikir-pikir lagi, aku tak pernah menghormati sosok Hitler, ataupun kagum dengannya! Sumpah! Tapi ketika aku jadi si Arian berkulit putih dan berambut pirang itu, aku seperti menjadi orang lain.
Tapi yang aku heran, Gazebo tempat aku tadi berdiam bersama bayi menghilang. Tempat diselenggarakan acara sudah berubah total menjadi seperti bazaar kampus yang menggila. Aku mencari berkeliling-keliling untuk teman-temanku itu. Aku ingat bahkan mengira bahwa sekumpulan gadis-gadis belia yang sedang memunggungiku dan melihat-lihat pernak-pernik di sebuah stand adalah teman-teman se-Gang ku itu. Tapi ternyata, ketika aku memanggil nama mereka, gadis-gadis itu tak menoleh, menandakan mereka bukanlah teman-teman yang aku cari. Aku bahkan sempat putus asa dan akhirnya memutuskan untuk makan sendiri di sebuah stan, berharap aku bisa bertemu dengan teman-temanku selama sedang makan di sana…tapi tetap saja mataku ini tak menemukan sosok mereka satupun. Padahal mereka kan ada 8 orang, masa susah amat menemukan 8 orang dewasa di acara kampus seperti ini? Ketika aku kembali mencari berkeliling-keliling di acara bazaar, aku kembali lagi ke tempat aku makan tadi dan mata ekorku sempat melihat sesosok manusia yang paling aku kagumi di kampus. Yup, aku menyukai orang itu...mungkin seperti pengaggum rahasia dan untuk beberapa menit aku hanya wira-wiri di sekitar tempat itu hanya untuk melihat orang itu sedang makan bersama teman-temannya.
Tapi setelah beberapa lama aku pikir-pikir, untuk apa juga aku mencuri-curi pandang seperti ini. Seperti membuang-buang waktu saja. Jadi aku kembali meninggalkan tempat dan mencari teman-temanku itu. Aku tiba di sebuah lorong yang tadinya aku tak ingat sempat menjelajah ke sana dalam pencarianku itu. Anehnya…lorong itu dipenuhi dengan orang-orang yang kukenali sebagai teman-teman SMP dan SMA ku. Seolah-olah lorong itu merupakan stand khusus untuk mereka. Dan lebih aneh lagi, lorong itu begitu putih dan menyilaukan seperti berada di dunia kapas dan aku merasa cukup tenang selama berjalan menelusurinya. Tentu banyak orang di sana yang juga wira-wiri, dan tanpa sengaja aku bertubrukan dengan sesosok gadis bertubuh besar ketika sedang berjalan. Gadis itu ternyata adalah Vania, temanku dari SMP hingga SMA ini. Ia seperti kaget ketika melihatku dan tersenyum lebar ketika mengenali mukaku.
"Pingkan!," serunya sambil menepuk-nepuk pundakku dengan kedua tangannya. Seperti biasa, tepukan itu selalu membuat kedua pundakku nyeri karena Vania memang terkenal dengan kekuatannya yang dahsyat. Pada saat ia menepukku, aku jadi seperti terlempar ke masa lalu. Seolah aku kembali lagi menjadi anak SMP yang sedang menyelenggarakan bazaar. Tas putih yang tadinya aku pegang berubah jadi ransel merahku dulu ketika aku masih duduk di bangku SMP. Aku ingat sekali dulu aku sangat menyukai tas itu, dan…ternyata tas itu muncul lagi di dalam mimpiku.
Aku dan Vania sempat bertukar cerita sebentar ketika akhirnya aku menceritakan bahwa aku sedang mencari teman-temanku yang sekarang entah ada di mana di acara ini. Kemudian Vania tersenyum padaku dan memberiku sebuah saran yang…bodohnya, tak terpikirkan olehku selama aku mencari teman-temanku itu: "Telepon aja pake Hape" Katanya.
"Oh iya! Hape!," seruku antusias. Lalu dengan sigap aku langsung menyabet ranselku untuk mencari HP ku yang seingatku ada di dalam salah satu lacinya. Tapi semakin aku mengaduk-ngaduk isinya, semakin tak kutemukan benda itu. Saat itu aku baru sadar kalau HPku ternyata hilang. Entah darimana pikiranku tiba-tiba terbersit bahwa seseorang telah mencuri HP ku selama aku berjalan berkeliling-keliling mencari teman-temanku itu. Emosiku seketika meluap-luap dan aku marah sekali waktu itu. Aku kesal, marah…rasanya ingin sekali aku meninju sesuatu dan saat itu juga aku mulai mengeluarkan kata-kata kasar dan membanting-banting tas ranselku saking emosinya diriku waktu itu. Aku sudah capek mencari, dan HP ku dicuri orang. Padahal HP itu adalah pemberian mamaku. HP yang dulunya milik mama lalu diberikan padaku…siapa yang tidak marah!
Vania mencoba menenangkanku, tapi aku sudah terlanjur emosi. Aku pergi meninggalkannya untuk mencari pencuri HPku sambil memaki-maki selama perjalanan.
….lalu aku tiba-tiba terbangun dari mimpiku…..
Ketika aku bangun, hari sudah gelap. Jam menunjukkan pukul 7 malam. Woow…aku tidur selama itu rupanya…Tak heran mimpiku panjang sekali hari ini….